Anak yang Selalu Salah

Oleh M Musrofi dipublikasikan pada 21 Februari, 2025

Ketika anak sulit dibangunkan pada pagi hari, anak disalahkan.

Ketika anak ogah-ogahan makan pagi, anak disalahkan.

Ketika anak lambat memakai pakaian seragam sekolah, anak disalahkan.

Ketika anak malas masuk sekolah, anak disalahkan.

Ketika di dalam kelas, anak ingin mengekspresikan berbagai geraknya di kelas, anak disalahkan gurunya.

Ketika pulang sekolah, anak langsung ambil bola untuk bermain bola, tanpa ganti baju, anak disalahkan.

Ketika anak ogah-ogahan mandi sore hari, anak disalahkan.

Ketika anak ogah-ogahan mengerjakan PR, anak disalahkan.

Ketika anak nampak sulit menerima materi pelajaran yang diajari orang tuanya di rumah, anak disalahkan.

Ketika anak sudah agak malam dan tidak mau tidur, anak disalahkan.

Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, anak menjadi sumber kesalahan.

Tidak heran, ketika menginjak remaja, mereka akan mencari tempat yang meraka tidak pernah disalahkan, yakni bukan di rumah dan bukan di sekolah...

Dua tempat yang sebagian besar waktu mereka dihabiskannya di situ, yakni di rumah dan di sekolah, menjadi dua tempat yang selalu salah.

Dua tempat yang seharusnya mereka cintai, menjadi dua tempat yang mereka benci.

Bisakah kita sebagai orang tua dan guru melatih diri untuk tidak menyalahkan anak?

Agar mereka mencintai rumah mereka.

Agar mereka mencintai sekolah mereka.

Agar mereka mencintai kita sebagai orang tua.

Agar mereka mencintai guru-guru mereka.

Referensi

  • Tulisan di atas, diambil dari buku penulis (M Musrofi) yang berjudul "Sukses Akademik dan Sukses Bakat", Penerbit Elex Media, Gramedia Group, Jakarta, 2016.